Beranda | Artikel
Keutamaan Bersedekah
Sabtu, 22 Oktober 2022

KEUTAMAAN BERSEDEKAH

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Wa Ba’du:

Di antara pintu-pintu kebaikan   yang agung yang dianjurkan dan diperintahkan oleh syarai’at adalah bershedekah.

وَاَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْلَآ اَخَّرْتَنِيْٓ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۚ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang Telah kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, Mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan Aku dapat bersedekah dan Aku termasuk orang-orang yang saleh?”. [Al-Munafiqun/63: 10].

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهٗ ۚوَهُوَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ

Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah  akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya”. [Saba’/34: 39]

Firman Allah Ta’ala:

اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ

Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, Maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.  [Al-Baqarah/2: 274]

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam berimnfaqlah niscaya Aku akan memenuhi kebutuhanmu. Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Tangan kanan Allah penuh selalu tercurahkan tidak akan terkurangi walau tetap tercurah baik waktu siang atau malam”.[1]

Itulah janji Allah, di mana Dia akan memenuhi kebutuhan orang yang orang yang berinfaq di jalan Allah dan Allah yang MahaTinggi tidak akan menyalahi janjiNya.

Dari Abi Dzar Radhiyallahu anhu berkata: Aku mendekati Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada saat beliau sedang duduk-duduk di bayangan Ka’bah, lalu pada saat melihatku beliau bersabda: Merekalah orang-orang yang merugi di Tuhan yang memiliki Ka’bah”. Abu Dzar berkata: Maka akupun mendatangi beliau sehingga diriku duduk namun aku tidak bisa berdiam diri lalu akupun bangkit. Dan aku berkata: Wahai Rasulullah bapakdan ibuku sebagai tebusannya siapakah mereka?. Beliau bersabda: Mereka adalah orang yang paling banyak hartanya, kecuali orang yang melakukan ini dan melakukan ini, dari arah hadapan mereka dan belakang mereka,dari sebelah kanan dan sebelah kiri mereka, namun mereka sangat sedikit sekali”.[2]

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu berkata: Abu Thalhah adalah seorang penduduk Anshor yang paling banyak memiliki harta, dan harta yang paling dicintainya adalah kebun Bairuha, dan kebun tersebut menghadap mesjid, dan terkadang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki mesjid tersebut dan meminum dari airnya yang segar. Anas berkata: Pada saat turun firman Allah Ta’ala:

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. [Ali Imron/3: 92]

قام أَبُو طَلْحَةَ إِلَى رسولِ الله – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ: يَا رَسُول الله، إنَّ الله تَعَالَى أنْزَلَ عَلَيْكَ: {لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ} وَإنَّ أَحَبَّ مَالِي إِلَيَّ بَيْرَحَاءُ، وَإنَّهَا صَدَقَةٌ للهِ تَعَالَى، أرْجُو بِرَّهَا، وَذُخْرَهَا عِنْدَ الله تَعَالَى، فَضَعْهَا يَا رَسُول الله حَيْثُ أرَاكَ الله، فَقَالَ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم: «بَخ ! ذلِكَ مَالٌ رَابحٌ، ذلِكَ مَالٌ رَابحٌ، وقَدْ سَمِعْتُ مَا قُلْتَ، وَإنِّي أرَى أَنْ تَجْعَلَهَا في الأقْرَبينَ»، فَقَالَ أَبُو طَلْحَةَ: أفْعَلُ يَا رَسُول الله، فَقَسَّمَهَا أَبُو طَلْحَةَ في أقَارِبِهِ، وبَنِي عَمِّهِ

Maka Abu Thalhah bangkit menuju Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berakaa kepada beliau : Sesungguhnya Allah telah memfrimankan ayat-Nya kepadamu ( لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗ) Dan sesungguhnya harta yang paling aku cintai adalah kebun Bairuha dan dia telah aku sedekahkan untuk Allah semoga aku mendapatkan kebaikannya dan simpanan pahala darinya, maka manfaatkanlah pada jalan yang engkau kehendaki wahai Rasulullah!, Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:  Sungguh dia adalah harta yang sangat menguntungkan, itulah harta yang menguntungkan, aku telah mendengar apa yang engkau ikrarkan pada harta tersebut, berikanlah harta tersebut kepada keluargamu”. Maka Abu Thalhahpun membagi-bagikannya kepada keluarga terdekatnya dan anak-anak pamannya.[3]

Ibnul Qoyyim rahimhullah berkata: Memberi dan bersedekah adalah prilaku yang paling dicintai oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan kegembiraan serta kesenangan beliau dengan banyak member lebih besar dari kesenangan seorang yang mengambil dengan apa yang didapatkannya, beliau adalah orang yang paling dermawan dengan kebaikan, tangan kanan beliau seperti angin yang menghembus, dan apabila seorang yang membutuhkan datang kepada beliau maka beliaupun lebih mengutamakannya atas diri beliau sendiri,terkadang belaiu dermawan dengan makanan, dan terkadang pula dengan pakian beliau dan beliau memerintahkan umatnya untuk selalu bersedekah  dan menganjurkannya serta menyeru kepadanya dengan perbuatan dan perkataan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Oleh karena itulah beliau termasuk orang yang paling lapang dadanya, orang yang paling baik jiwanya, orang yang paling tenang hatinya, dan sesungguhnya bersedekah serta mengerjkan yang ma’ruf memiliki pengaruh yang mengagumkan dalam menciptakan hati yang lapang”.[4]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَوْ كانَ لي مِثْلُ أُحُدٍ ذَهَبًا ما يَسُرُّنِي أنْ لا يَمُرَّ عَلَيَّ ثَلاثٌ، وعِندِي منه شيءٌ إلَّا شيءٌ أُرْصِدُهُ لِدَيْنٍ

Aku tidak merasa senang jika aku memiliki emas sebesar gunung Uhud kemudian lewat malam ketiga sedangkan aku masih menyimpan satu dinar darinya, kecuali satu dinar yang aku gunakan untuk membayar hutangku “.[5]

Dan ketika beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya :

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الصَّدَقَةِ أَعْظَمُ أَجْرًا قَالَ : أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ ، تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى ، وَلاَ تُمْهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ قُلْتَ لِفُلاَنٍ كَذَا ، وَلِفُلاَنٍ كَذَا ، وَقَدْ كَانَ لِفُلاَنٍ 

Wahai Rasulullah, sedekah yang mana yang lebih besar pahalanya?” Beliau menjawab : Engkau bersedekah padahal dirimu dalam keadaan sehat lagi pelit khawatir dengan kemiskinan berangan-angan untuk menjadi kaya, dan janganlah mengulur-ulurkan waktu pengeluarannya sehingga nyawa sampai kepada tenggorokan lalu pada saat itu engaku menyesal seraya berkata : bagi si fulan segini, bagi si fulan segini dan ketahuilah bahwa si fulan begini.[6]

Di antara keutamaan bersedekah adalah bahwa apabila sedekah tersebut dari harta yang halal dan dikeluarkan karena Allah semata, maka Allah akan menerimanya dengan karuniaNya dan akan melipat gandakan pahalanya bagi orang yang bersedekah tersebut dengan lipatan yang besar dan Allah Maha memiliki karunia yang agung.

عن أبي هريرة رضي الله عنه مرفوعاً:  مَنْ تصدَّقَ بعدْلِ تمرَةٍ مِنْ كسبٍ طيِّبٍ ، ولَا يقبَلُ اللهُ إلَّا الطيِّبَ ، فإِنَّ اللهَ يتقبَّلُها بيمينِهِ ، ثُمَّ يُرَبيها لصاحبِها ، كما يُرَبِّى أحدُكم فَلُوَّهُ حتى تكونَ مثلَ الجبَلِ

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang bersedekah dengan sesuatu sebesar satu biji kurma dari hasil usaha yang baik dan Allah tidak menerima kecuali yang baik, maka Allah akan menerimanya dengan tangan kananNya kamudian Dia mengembangkanNya bagi pelakuNya sebgaimana salah seorang di antara kalian mengembang biakkan anak kudanya sehingga menjadi sebesar gunung.[7]

Maka seorang mu’min akan datang pada hari kiamat dengan pahala kebaikannya sebesar gunung lalu dia gembira dengan pahala yang diberikan oleh Allah kepadanya.

Di antara keutamaan bersedekah adalah bahwa sedekah tersebut  sebagai penghapus kesalahan. Dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ الصَّوْمُ جُنَّةٌ وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ

Tidakkah engkau mau jika aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan?. Puasa sebagai perisai dan shadaqah bisa menghapus kesalahan sebagaimana air mampu memadamkan api.[8]

Di antara keutamaan bersedekah adalah bahwa sedakah tersebut bisa mengembangkan dan menambah harta.

عن أبي هُريرة رضيَ اللَّهُ عنه أَنَّ رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Tidaklah harta yang disedekahkan tersebut akan berkurang. [9]

Di antara keutmaan bersedekah adalah bahwa seseorang mu’min akan bernaung di bawah naungan shadaqahnya pada hari kiamat. Dari Abi Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Tujuh golongan orang yang akan dinaungi oleh Allah pada naunganNya pada hari kiamat pada hari tidak ada naungan kecuali naungan Allah….di antara mereka adala seorang lelaki yang bersedekah dengan sebuah sedekah lalu dia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya.[10]

Pada hari kiamat nanti orang yang berilmu akan datang dengan ilmunya, orang yang berjihad akan datang dengan membawa pahala jihadnya, dan orang yang shalat akan datang dengan membawa pahala shalatnya, orang yang berpuasa datang dengan membawa pahala puasanya dan orang yang besedekah datang dengan pahala dengan pahala ilmu, jihad shalat dan puasa, sebab dia telah mencetak kitab-kitab para ulama lalu diserahkan sebagai waqaf di jalan Allah bagi kaum muslimin, dan dia telah membangun mesjid yang dipergunakan untuk shalat oleh kaum muslimin dan dia telah membantu orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta    yang dimilikinya serta memberikan biaya berbuka  puasa dengan hartanya bagi orang yang berpuasa, dengan inilah dia mendapatkan pahala orang-orang yang telah disebutkan tadi. Itulah karunia Allah yang diberikannya kepada orang yang dikehendakiNya dan Allah memiliki kerunia yang agung.

Di antara keutamaan bersedekah adalah bawah shadakah tersebut akan menjaga seorang hamba dari segala bencana dan kejahatan. Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: Hal ini telah diketahui oleh masyarakat baik yang khusus atau orang awam dan para ulama telah mengakuinya, sebab mereka telah mengalaminya bahkan sekalipun sedekah tersebut dari seorang yang zalim atau kafir, maka Allah mencegah dengan sedekah tersebut banyak kejahatan dan musibah”.[11]

Seorang penyair berkata:
Pelaku kebaikan tidak akan terhalangi dari balasan kebaikannya
Tidak akan menghilang sebuah kebaikan di sisi Allah dan manusia

Dan di antara shadakah yang paling agung adalah shadakah jariyah, yaitu shadaqah yang pahalanya mengalir bagi seorang hamba sehingga setelah kematiannya seperti menggali sumur, membangun mesjid, mencetak buku, mendanai jalaqah tahfizul qur’anul karim, waqaf social untuk kemaslahatan pakir miskin dan yang lainnya.

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Apabila anak Adam telah meninggal maka akan terputuslah amalnya kecuali tiga hal shadaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendo’akannya.[12]

Dan hendaklah orang yang menifakkan hartanya untuk memperhatikan perkara di bawah ini: Ikhlas semata karena Allah dengan sedekah yang disedekahkannya, menjauhi bersedeqah dengan harta yang jelek baik shedeqah tersebut berupa makanan atau pakaian dan yang lainnya, bersedeakah dengan cara menyakiti orang yang menerima shadakah atau bertindak kikir dengan apa yang diberikan oleh Allah kepadanya atau mengejek shadakah walau sedikit atau kembali mengambil harta yang disedekahkan.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Semoga Allah mencurahkan shalawat dan salam kepada Nabi kit Muhammad dan seluruh keluarga dan shahabatnya.

[Disalin dari فضل الصدقة   Penulis Syaikh  Amin bin Abdullah asy-Syaqawi, Penerjemah : Muzaffar Sahid Mahsun , Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2009 – 1430]
______
Footnote
[1] Shahihul Bukhari: 3/242 no: 4684, Shahih Muslim: 2/690 no: 993
[2] Shahihul Bukhari: 4/217 no: 6638 Shahih Muslim: 2/686 no: 990
[3] Shahihul Bukhari: 1/452 no: 1461 dan shahih Muslim: 2/693 no: 988.
[4] Disadur dari kitab: Zadul Ma’ad: jilid 2 halaman: 22-23
[5] Shahihul Bukhari: 4/181 no: 6444 dan shahih Muslim: 2/687 no: 991
[6] Shahih Muslim 2/716 no: 1032 dari hadits Abu Hurairah ra.
[7] Shahih Bukhari: 1/435 no: 1410 dan shahih Muslim: 2/702 no: 1014
[8] Sunan Turmudzi: 5/13 no: 2616
[9] Shahih Muslim: 4/2001 no: 2588
[10] Shahihul Bukhari: 1/440 no: 1423 dan Muslim: 2/715 no: 1031
[11] Al-Wabilus sayyib minal kalimi thayyib hal. 50
[12] Shahih Muslim: 3/1255 no: 1631


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/62635-keutamaan-bersedekah.html